Burung kicauan dalam
sangkar memang lebih afdol dibiasakan makan voer. Tujuannya untuk memudahkan
kita dalam penyediaan pakan.
Sebab, selain mudah didapatkan, pakan kering ini mengandung nutrisi dasar yang
bisa dikatakan cukup lengkap.
Dalam praktiknya, tidak semua individu burung berkicau mau makan voer.
Selain itu, ada juga pemilik burung (khususnya kalangan pemain) yang sengaja
tidak menggunakan voer dengan alasan agar burung rajin bunyi. Bagaimana jika
burung pleci tidak diberi voer? Apakah bisa mempercepat proses buka paruh dan
makin gacor?
Untuk menanggapi pertanyaan apakah pleci
yang dipelihara dalam sangkar bisa hidup tanpa voer, ya tentu saja jawabannya
BISA. Bukankah di alam liar mereka juga tidak mengenal voer? Yang menjadi tantangan
Anda adalah mampukah memberikan pakan alami tepat waktu dan sesuai dengan
kebutuhan gizinya?
Untuk keamanan atau meningkatkan peluang
hidup, memang disarankan menggunakan voer pada aneka burung kicauan, termasuk
pleci. Tetapi jika kebetulan memiliki pleci yang susah ngevoer, meski sudah
dicoba berkali-kali, boleh juga menerapkan perawatan pleci tanpa voer, seperti
yang akan diuraikan Om Kicau dalam artikel ini.
Sebagian
burung jawara memang dirawat tanpa pemberian voer sama sekali. Misalnya cucak hijau Histeris
milik Agung Tattoo (Bali) yang saat ini tercatat sebagai cucak hijau terbaik
nasional. Begitu pula dengan kacer Panglima
Sumatera milik H Rico (Lampung), yang bahkan hanya full kroto.
Atau murai batu Panglima milik Yongka Jambi yang juga dirawat
tanpa voer.
Tetapi
jangan salah, banyak juga burung jawara yang setiap hari rutin diberi voer,
termasuk kacer Rincong Aceh milik M Khadafi (Lampung). Artinya, jangan ada
kesimpulan bahwa burung tanpa voer akan lebih hebat daripada burung yang rutin
mengkonsumsi voer. Ini sama seperti kandang umbaran, di mana sebagian burung
jawara tidak pernah diumbar, dan sebagian lagi menggunakan kandang tersebut.
Jadi, bijaklah dalam membuat kesimpulan,he.. he..
Dengan pertimbangan di atas, maka
artikel perawatan pleci tanpa voer lebih ditujukan bagi pemilik burung yang
selama ini kesulitan membiasakan burung mau makan voer. Namun, kalau ingin
menerapkannya secara sengaja, Om Kicau menganjurkan untuk melakukannya pada
burung yang baru dibeli dengan harapan nantinya lebih cepat buka paruh.
Bagaimana jika diterapkan pada pleci
yang selama ini sudah ngevoer, lalu diubah tanpa voer? Meski Om Kicau tak
menganjurkannya, siapa yang bisa melarang? Namun, seluruh risiko menjadi
tanggung jawab Anda sendiri. Oke?
Perawatan
harian pleci tanpa voer
Perawatan pleci tanpa voer, mengandalkan
buah dan serangga.
—
Merawat pleci tanpa voer tentu bukan hal
yang mudah, terutama bagi plecimania yang sibuk, sehingga tidak akan memiliki
banyak waktu untuk memantau kondisi burung kesayangannya. Namun, kembali pada
pakan alami bagi pleci, Anda bisa saja menyediakan nektar buatan seperti air
gula campur madu, buah-buahan seperti pepaya, dan serangga.
Untuk itu ada beberapa metode yang bisa
diberikan di sini, yaitu :
1.
Menggunakan
buah-buahan, dengan tambahan serangga.
2.
Memanfaatkan
tepung jangkrik / ulat hongkong kering yang dihaluskan.
3.
Menghilangkan
buah-buahan, dan hanya memberikan pakan serangga.
Berikut rinciannya:
1.
Menggunakan buah, dengan tambahan serangga
Cara pertama adalah memberikan
buah-buahan, dengan tambahan pakan hidup berupa serangga. Cara ini paling
popular di kalangan plecimania yang merawat momongannya tanpa voer.
Ketika Anda mendapatkan pleci dari
kandang ombyokan di pasar burung, metode pertama ini dapat diterapkan. Karena
burung sebelumnya tidak mengenal voer, Anda tak perlu repot melatihnya untuk
makan voer.
Konsekuensinya, Anda harus memberikan
pakan alami yang mirip seperti ketika mereka masih di alam liar. Jenis pakan
yang bisa diberikan adalah:
·
Buah-buahan,
misalnya pepaya, yang diberikan setiap dua hari sekali.
·
Kroto,
diberikan setiap pagi sebanyak 1/2 sendok teh (sejumput kecil saja).
·
Setelah
kroto, bisa diberikan ulat kandang (1 cepuk kecil). Ulat kandang bisa diberikan
lagi sore hari, dengan porsi yang sama.
·
Ulat
hongkong putih hanya diberikan sebagai selingan saja, yaitu setiap beberapa jam
sekali.
·
Jangan
lupa selalu menyediakan nektar buatan (air gula + madu).
Penjemuran dimulai pukul 06.00 hingga
10.00. Selanjutnya, burung dianginkan di teras sambil dipancing dengan
menggunakan suara kicauan dari pleci yang ngerol melalui suara burung mp3.
2.
Memanfaatkan tepung jangkrik atau UH kering
Metode kedua ini sebenarnya sama seperti
yang pertama. Tetapi ada tambahan berupa tepung jangkrik dan / atau ulat
hongkong kering yang sudah dihaluskan. Sediakan pula tulang sotong yang sudah
digerus menjadi bubuk, lalu dicampurkan pada tepung jangkrik atau bubuk UH
kering.
Jadi, dalam metode ini, burung tetap
rutin diberi buah-buahan seperti pepaya, nektar buatan, kroto, maupun ulat
kandang. Pemberian tepung jangkrik atau UH kering yang dihaluskan berfungsi
memastikan kecukupan protein dan nutrisi dasar lainnya.
3.
Menghilangkan buah, hanya memberikan serangga
Nah,
untuk metode ketiga, kita benar-benar menghilangkan buah, dan hanya
mengandalkan serangga. Memang berkesan mengingkari kebiasaannya di alam liar.
Metode ini pernah dilakukan wawan.solo dan terbukti pleci yang didapatkannya dari
ombyokan di Pasar Burung Pramuka dalam waktu seminggu sudah menunjukkan
tanda-tanda buka paruh dan ngerol.
Berikut ini resepnya, yang pernah
dibagikannya pula dalam sebuah thread di forum.kicaumania.or.id :
·
Pakan
yang diberikan tiap hari adalah ulat kandang (1 cepuk) dan susu kental manis
(1/2 cepuk pakan paling kecil untuk pleci. Khusus malam hari, susu diganti
dengan madu. Pakan buah-buahan tidak diberikan sama sekali selama 1 minggu,
atau hingga pleci mulai buka paruh.
·
Penjemuran
dilakukan Om Wawan cukup ekstrem, karena dilakukan mulai pukul 05.00 hingga
pukul 13.00. Tetapi, menurut Om Kicau, jika sinar matahari cukup panas,
sebaiknya penjemuran dihentikan setiap pukul 11.00. Apapun alasannya,
penjemuran terlalu lama kurang bagus, dan belum tentu individu pleci yang Anda
miliki sekuat pleci milik Om Wawan.
·
Pada
malam hari, pleci tidak dikerodong. Semalaman dibiarkan berada di teras rumah
dengan posisi agak tinggi.
Ada satu lagi yang dilakukan Om Wawan: membiarkan pleci di lantai
setelah pukul 13.00, untuk dimaster. Pemasterannya juga lumayan ekstrem, karena speakerdiletakkan
tepat di depan sangkar pleci, lalu audio suara kicauan pleci yang sudah ngerol
diputar dengan volume sangat kencang.
No comments:
Post a Comment