Agar lebih afdol, mencetak pleci yang
mampu ngerol idealnya dimulai dari bakalan. Ini terlepas dari apakah burung
akan dilombakan, atau sekadar dijadikan burung rumahan. Banyak plecimania yang
memiliki burung berkualitas, namun karena berbagai faktor, tak pernah turun ke
lapangan. Jadi, kualitas burung rumahan belum tentu lebih rendah daripada
burung lomba.
Perawatan
pleci bakalan juga membutuhkan perhatian tersendiri, terutama pemberian pakan berkualitas.
Sebab, pada pemeliharaan di dalam sangkar, burung tak bisa lagi mencari pakan
sesuai dengan apa yang diinginkannya. Semuanya tergantung kita selaku perawat
atau pemilik.
Sebagai pemilik / perawat yang baik,
mestinya kita memberikan pakan sesuai dengan apa yang disukai pleci. Selain apa
yang disukai, pakan yang dikonsumsi sehari-hari juga harus memenuhi nutrisi
standar harian. Jika berharap plecinya kelak rajin bunyi, ngeplong, dan ngerol,
pakan yang diberikan juga harus memiliki nutrisi yang serasi / seimbang.
Di alam liar, pleci sangat menggemari serangga-serangga kecil seperti
laba-laba kecil, ulat, belatung buah-buahan (terutama dari buah jambu dan
belimbing), dan yang utama adalah menggemari nektar atau cairan manis dari
bunga. Kita bisa membuat nektar buatan, dengan kandungan gizi yang hampir sama
dengan nektar sebenarnya.Permasalahan voer pada pleci bakalan
Karena itu, dalam perawatan hariannya,
kita bisa memberikan pakan yang memiliki kandungan gizi lengkap, misalnya voer.
Pakan kering ini memiliki kandungan nutrisi dasar yang serasi / seimbang, mulai
dari energi metabolisme (kalori), karbohidrat, protein kasar, lemak kasar,
hingga serat kasar. Beberapa jenis vitamin dan mineral juga terkandung dalam
voer, meski sebagian besar belum mampu memenuhi kebutuhan ideal untuk burung
kicauan.
Namun, Om Kicau sekadar mengingatkan,
sejak awal pastikan Anda memberikan voer dengan merek yang tetap. Jangan sering
diubah-ubah, hanya karena cerita dari teman yang plecinya gacor lantaran makan
voer merek tertentu. Sebab, ada beberapa kasus di mana pleci mengalami
perubahan (lebih tepatnya pemudaran) warna bulu akibat pergantian pakan yang
tidak tepat.
Kalau pun terpaksa ingin berganti merek,
biasakan untuk melakukannya secara bertahap. Anda bisa membagi waktu menjadi 4
periode, di mana satu periode sekitar 1 minggu. Sebagai contoh, Anda ingin
mengganti voer A dengan voer B.
Minggu I, berikan campuran voer yang
terdiri atas 4 bagian A dan 1 bagian B. Pada minggu II, porsi diubah menjadi 3
: 2. Minggu III diubah lagi menjadi 2 : 3, dan Minggu IV 1 : 4. Minggu V sudah
terjadi pergantian voer secara total, yaitu 100% voer B.
Tentu
tidak semua pergantian pakan secara drastis akan mengakibatkan pemudaran warna,
tetapi peristiwa yang dialami beberapa sobat plecimania tetap harus membuat
kita waspada. Perubahan warna terjadi akibat pleci kekurangan karotenoid lutein dan zeaxanthin, yang
ikut bertanggung jawab terhadap munculnya warna kuning pada burung.
Jadi, sangat dimungkinkan voer A dan
voer B mempunyai kandungan karotenoid lutein dan zeaxanthin yang berbeda.
Pergantian voer, jika merek terbaru lebih baik, bisa membuat warna burung
cerah. Sebaliknya, jika merek terbaru memiliki kandungan karotenoid lutein
dan zeaxanthin yang lebih rendah, tentu pemudaran warna tak bisa dihindari.
Pleci yang mengalami pemudaran warna
bisa dipulihkan secara bertahap melalui pemberian sayuran hijau dan kuning
telur, terutama ketika burung sedang memasuki masa mabung.
Selain kemungkinan terjadi pemudaran
warna, pergantian voer secara drastis (tidak secara bertahap) sering juga
menimbulkan gangguan pencernaan, terutama diare /mencret. Kotoran pun berbau.
Hal ini akibat organ pencernaan belum terbiasa dengan voer dari pabrikan
berbeda.
Bagaimana
dengan pemberian tahu?
Akhir-akhir
ini, saya sering mendengar dari rekan-rekan plecimania, bahwa menu tahu bisa
membuat burung pleci cepat buka paruh. Ini sebenarnya bukan isu baru,
karena cendet bakalan
pun dulu sering diberi tahu. Di mancanegara, beberapa penggemar burung kicauan
sering memberikan tofo, yang mirip dengan tahu, sebagai menu tambahan bagi
burung piaraannya.
Cara ini juga bisa dibenarkan. Hanya
saja, karena kadar protein tahu cukup tinggi, tentu pemberiannya jangan terlalu
berlebihan. Sebenarnya akan lebih seimbang / serasi kandungan gizi yang diasup
pleci, jika pakan yang diberikan lebih variatif.
Misalnya
membuat sendiri pakan racikan yang terdiri atas campuran tahu, kuning
telur, dan tepung jangkrik. Adapun proses pembuatannya bisa dilihat
kembali disini.
Jadi, burung memperoleh sumber protein hewani dan nabati. Asam aminonya pun
jelas lebih lengkap daripada jika hanya mengandalkan protein hewani saja, atau
protein nabati saja.
Ajak
jalan-jalan, atau gantang di pohon rindang
Selain
perawatan dari aspek pakan, masih ada upaya pendukung lain yang bisa dilakukan
untuk merangsang pleci cepat berkicau dengan gaya buka paruh. Misalnya sering
mengajak jalan-jalan pleci burung untuk tujuangathering bersama
rekan-rekan plecimania lainnya, atau dibawa ke arena latber .
Metode
ini cukup efektif untuk memancing pleci cepat berbunyi, sehingga membuat burung
lebih cepat pada kondisi buka paruhnya. Om Kicau pun pernah membahas masalah
tersebut (silakan lihat Ajak pleci jalan-jalan, kunci cepat buka paruh).
Wah,
nggak sempat Om, sibuk… buk… buk… Jika Anda sibuk dan tak
sempat membawa pleci jalan-jalan atau ke latberan, bisa diganti dengan cara
lain. Misalnya, setiap pagi-pagi buta / sebelum pukul 05.30, beberapa pleci
digantang pada dahan pohon rindang, dengan jarak agak berjauhan.
Biasanya pleci yang punya prospek
(berbakat) akan segera berkicau dengan lantang. Dari ritual inilah, kita bisa
memilih pleci yang dianggap paling punya prospek.
Mencegah
kebiasaan salto pada pleci bakalan
Salah satu perilaku yang sering muncul
pada burung pleci bakalan adalah meliuk-liukkan leher ke belakang, kemudian
salto. Perilaku tersebut memang sering muncul pada burung yang masih bakalan.
Ini merupakan perilaku normal, yang menggambarkan suasana gembira, atau
justru ketakutan.
Jadi, secara pribadi, saya menganggap
perilaku tersebut bukanlah kebiasaan buruk yang patut dicemaskan, meski
sebagian plecimania menganggapnya sebagai perilaku tidak wajar. Perilaku
memutar leher sering dan akan dialami burung yang baru saja ditangkap di alam
liar. Dia gugup ketika berada dalam sangkar, kemudian mencoba mencari jalan
keluar dari sangkarnya.
Pleci di alam liar biasanya akan melihat
terlebh dulu ke arah mana akan terbang, kemudian segera melompat. Tetapi ketika
berada dalam sangkar, perilaku itu akan muncul di mana tanda-tanda awal sering
bergantungan di bagian sisi-sisi sangkarnya, melihat jeruji bagian atas, untuk
mencari celah keluar.
Sejak itulah, perilaku mencari celah
jeruji atas sering dilakukan pleci. Dia akan melihat ke atas dan ke belakang
yang otomatis membuat lehernya seperti meliuk-liku. Pada akhirnya, ini menjadi
kebiasaan yang sulit hilang , meski pleci sedang berada di atas tenggeran.
Menghilangkan kebiasaan ini memang tidak mudah. Tetapi kita bisa
mengurangi kebiasaan tersebut dengan cara memberi penghalang / pembatas atau
benda-benda yang bisa mencegah pleci melakukan kebiasaan itu. Ada
kalanya butuh waktu lama agar pleci benar-benar tidak melakukan gerakan memutar
leher dan salto.
No comments:
Post a Comment